Penyakit hati adalah hal yang serius dan mempengaruhi kualitas hidup, baik secara spiritual maupun sosial. Penyakit hati berbeda dari penyakit fisik; ia adalah penyakit batin yang tersembunyi, sering kali tidak disadari tetapi dapat berdampak luas dan merusak kehidupan seseorang. Dalam salah satu kajian beliau, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan berbagai jenis penyakit hati yang menular dan cara terbaik untuk menghindarinya. Artikel ini akan membahas penyakit hati menurut pandangan Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis, serta cara untuk menghindarinya agar hidup menjadi lebih tenang dan berlandaskan ridha Allah.
Apa Itu Penyakit Hati?
Penyakit hati dalam Islam merujuk pada kondisi batin yang menjauhkan manusia dari Allah dan menciptakan dampak negatif dalam hubungan antarmanusia. Penyakit hati meliputi rasa iri, dengki, sombong, riya, dan munafik. Penyakit ini mungkin tidak terlihat, tetapi dampaknya dapat merusak kualitas ibadah, interaksi sosial, dan menghalangi seorang Muslim dari mencapai kedamaian batin dan ridha Allah.
Allah SWT dalam Al-Qur’an menyebutkan beberapa jenis penyakit hati yang dapat berakibat buruk bagi manusia, di antaranya:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Ayat ini menunjukkan bahwa jika penyakit hati tidak segera diobati, ia akan semakin parah dan membawa seseorang pada kerugian di dunia dan akhirat.
Jenis-Jenis Penyakit Hati yang Menular
Dalam kajian Ustadz Adi Hidayat, disebutkan bahwa penyakit hati juga memiliki sifat menular. Hal ini berarti bahwa penyakit hati tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga dapat menyebar dan memengaruhi orang lain di sekitar kita. Berikut adalah beberapa penyakit hati yang perlu diwaspadai.
- Hasad (Iri dan Dengki)
Hasad adalah perasaan tidak senang atau iri melihat orang lain mendapatkan nikmat atau kelebihan. Hasad merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya karena dapat mendorong seseorang untuk berbuat zalim terhadap orang lain. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kalian saling hasad, jangan saling iri, dan jangan saling mendengki.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hasad dapat merusak ukhuwah dan menciptakan konflik di antara sesama Muslim. Jika hasad dibiarkan, ia bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk turut merasakan ketidakpuasan yang sama, menimbulkan sikap persaingan yang tidak sehat, bahkan permusuhan.
- Riya (Pamer Amal)
Riya adalah melakukan ibadah atau amal kebajikan dengan tujuan untuk dipuji atau dilihat orang lain. Allah SWT mengecam orang-orang yang riya dalam Al-Qur’an:
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un: 4-6)
Sifat riya dapat menular ketika seseorang terbiasa melihat orang lain yang senang pamer amal. Hal ini bisa mendorong orang di sekitarnya untuk ikut berlomba-lomba memamerkan kebaikan, sehingga nilai keikhlasan dalam ibadah berkurang.
- Kibr (Sombong)
Kesombongan adalah penyakit hati yang membuat seseorang merasa dirinya lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain. Sifat sombong dapat menciptakan jarak dengan orang lain dan membuat seseorang sulit menerima nasihat. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Sifat sombong mudah menular, terutama ketika seseorang sering melihat contoh kesombongan di lingkungannya. Sikap ini dapat menghalangi seseorang untuk mencapai kebahagiaan sejati dan kedamaian batin.
- Ujub (Bangga Diri)
Ujub adalah perasaan kagum terhadap diri sendiri secara berlebihan. Berbeda dengan riya yang fokus pada pujian dari orang lain, ujub muncul dari dalam diri seseorang. Allah tidak menyukai sifat ujub karena hal ini dapat menutup pintu petunjuk-Nya dan membuat seseorang sulit menerima kritik atau nasihat.
- Ghibah (Menggunjing)
Ghibah atau menggunjing adalah membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka. Menggunjing sering kali diabaikan karena dianggap tidak berbahaya, namun sebenarnya ia termasuk dosa besar. Rasulullah SAW menggambarkan ghibah sebagai memakan bangkai saudara sendiri:
“Dan janganlah kamu suka menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ghibah bisa menyebar luas ketika orang-orang di lingkungan tertentu terbiasa membicarakan orang lain, sehingga perilaku tersebut dianggap wajar.
Cara Mengatasi Penyakit Hati Menurut Islam
Mengobati penyakit hati adalah bagian dari ibadah dan menunjukkan kesungguhan kita dalam mencapai keridhaan Allah. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari dan mengatasi penyakit hati, berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadis yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat.
- Bersyukur kepada Allah SWT
Syukur adalah kunci utama dalam menjaga hati dari sifat hasad. Dengan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, seseorang akan merasa cukup dan tidak iri terhadap kelebihan orang lain. Allah berfirman:
“Jika kamu bersyukur, Aku pasti akan menambah nikmat kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
- Memperbaiki Niat
Ikhlas dalam beribadah kepada Allah akan mencegah seseorang dari riya dan ujub. Niat yang ikhlas membuat seseorang fokus pada tujuan ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, bukan untuk mendapatkan pujian manusia.
- Tawadhu’ (Rendah Hati)
Sikap tawadhu’ dapat mencegah munculnya kesombongan. Rasulullah SAW adalah contoh utama dalam sifat rendah hati, meskipun beliau memiliki kelebihan yang luar biasa. Dengan tawadhu’, seseorang akan senantiasa ingat bahwa segala yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah.
- Menghindari Lingkungan yang Buruk
Lingkungan yang negatif, seperti tempat yang sering terjadi ghibah, bisa menulari seseorang dengan penyakit hati. Pilihlah lingkungan yang positif dan mengingatkan kita pada kebaikan agar hati kita terjaga dari sifat-sifat buruk.
- Istighfar dan Taubat
Memperbanyak istighfar dan bertaubat setiap hari merupakan cara untuk membersihkan hati dari penyakit. Istighfar tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga menenangkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Memperbanyak Dzikir
Dzikir kepada Allah menjauhkan kita dari pikiran buruk dan mencegah kita terjerumus dalam penyakit hati. Allah SWT berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dengan dzikir, hati menjadi tenang dan terjaga dari gangguan sifat-sifat buruk.
Penyakit hati seperti hasad, riya, sombong, ujub, dan ghibah adalah masalah serius yang bisa menular dan merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia. Menghindari penyakit hati adalah bagian dari menjaga kebersihan batin dan mendekatkan diri kepada Allah. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kita perlu waspada terhadap penyakit hati ini dan memperbanyak dzikir serta istighfar untuk membersihkan jiwa.
Mengatasi penyakit hati adalah bagian dari jihad nafsu, yaitu usaha kita untuk melawan hawa nafsu dan sifat buruk dalam diri. Semoga kita selalu diberi hidayah dan kekuatan untuk menjaga hati kita agar tetap bersih dan jauh dari sifat-sifat yang merugikan. Dengan begitu, kita bisa menjadi Muslim yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Allah.