Hikmah Larangan Memotong Kuku dan Rambut Sebelum Berkurban

Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak makna dan hikmah bagi umat Islam. Di dalam pelaksanaannya, ada beberapa sunnah dan aturan yang harus diperhatikan, salah satunya adalah larangan memotong kuku dan rambut bagi orang yang berniat untuk berkurban. Larangan ini berlaku dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga hewan kurban disembelih. Dalam kajian Ustadz Adi Hidayat, beliau menjelaskan secara mendalam mengenai hikmah di balik larangan ini, serta dalil-dalil yang mendasarinya dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Dalil Larangan Memotong Kuku dan Rambut Sebelum Berkurban

Larangan ini didasarkan pada Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda:

“Jika telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan salah seorang di antara kalian hendak berkurban, maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sedikitpun, hingga ia melaksanakan kurban tersebut.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi dasar utama bagi larangan memotong rambut dan kuku selama masa persiapan kurban, khususnya bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah kurban. Larangan ini berlaku mulai tanggal 1 Dzulhijjah hingga kurban dilakukan, sebagai bagian dari penghormatan terhadap ibadah yang agung ini.

Hikmah di Balik Larangan

Larangan memotong kuku dan rambut bukan hanya sekadar aturan teknis, tetapi memiliki makna dan hikmah mendalam yang dijelaskan oleh para ulama, termasuk Ustadz Adi Hidayat. Beberapa hikmah yang bisa diambil dari larangan ini antara lain:

Baca Juga:  Terapi Senyum Meredakan Hipertensi dalam Pandangan Islam

1. Menyimbolkan Ketundukan Total kepada Allah

Salah satu hikmah utama dari larangan ini adalah sebagai bentuk ketundukan total kepada perintah Allah. Ibadah kurban sendiri adalah manifestasi dari pengorbanan, di mana umat Islam menunjukkan ketaatan dan kepatuhan terhadap Allah dengan menyembelih hewan kurban. Dalam hal ini, menjaga kondisi fisik (rambut dan kuku) selama masa ini adalah simbol bahwa seseorang mengkhususkan dirinya untuk ibadah dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam Surah Al-Hajj ayat 37, Allah SWT berfirman:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya…”

Ayat ini mengajarkan bahwa ibadah kurban adalah bentuk dari ketakwaan dan ketundukan kepada Allah, bukan semata-mata karena hewan yang dikurbankan. Larangan ini mengingatkan bahwa aspek spiritual dalam ibadah kurban lebih penting dari sekadar ritual fisik.

2. Memperkuat Rasa Syukur dan Kesabaran

Dengan menahan diri untuk tidak memotong kuku dan rambut, seseorang diuji untuk bersabar dan lebih mensyukuri kondisi fisik yang Allah berikan. Kesabaran dalam mematuhi larangan ini mengajarkan bahwa setiap ibadah memerlukan pengorbanan, termasuk pengorbanan dalam hal kecil seperti menjaga penampilan selama beberapa hari. Hikmah ini mengajarkan pentingnya rasa syukur dan kesabaran dalam menjalankan setiap ibadah.

3. Meniru Keadaan Jamaah Haji

Orang yang berkurban di luar Mekkah dianjurkan untuk meniru keadaan jamaah haji yang sedang berada di tanah suci. Selama ihram, jamaah haji juga dilarang untuk memotong rambut dan kuku, sebagai bagian dari larangan-larangan ihram. Dengan mengikuti larangan memotong rambut dan kuku sebelum berkurban, umat Islam yang berada di luar Mekkah turut merasakan kekhusyukan ibadah dan keterikatan dengan ritual haji, meskipun mereka tidak berada di tanah suci.

Baca Juga:  Hidup Ini tentang Rasa

4. Menghormati Proses Pengampunan Dosa

Sebagaimana diketahui, ibadah kurban adalah salah satu bentuk pengorbanan untuk mendapatkan ampunan dari Allah. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa menjaga rambut dan kuku selama masa ini adalah bagian dari proses simbolik menjaga diri dari dosa. Dalam Hadis riwayat Ahmad, disebutkan bahwa setiap helai rambut dari hewan kurban memiliki pahala yang besar. Oleh karena itu, menjaga rambut dan kuku juga bisa diartikan sebagai bentuk penghormatan terhadap proses pembersihan diri dari dosa yang diharapkan melalui kurban.

Implementasi Larangan Ini dalam Kehidupan Sehari-hari

Larangan ini hanya berlaku bagi mereka yang hendak berkurban, bukan untuk seluruh umat Islam secara umum. Bagi mereka yang tidak berkurban, aturan ini tidak berlaku, sehingga mereka masih diperbolehkan untuk memotong kuku atau rambut kapan saja selama bulan Dzulhijjah. Ustadz Adi Hidayat juga menekankan pentingnya memahami larangan ini sebagai bagian dari adab beribadah, bukan sebagai beban. Memahami hikmah di baliknya akan membuat seseorang lebih ikhlas dalam melaksanakannya.

Larangan memotong kuku dan rambut sebelum berkurban adalah salah satu sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk menghormati ibadah kurban. Di balik larangan ini, terdapat hikmah yang mendalam, seperti ketundukan kepada Allah, penguatan rasa syukur dan kesabaran, serta meniru keadaan jamaah haji. Melaksanakan sunnah ini dengan penuh kesadaran dan keikhlasan akan menambah keberkahan dalam ibadah kurban yang kita lakukan. Semoga Allah menerima setiap amal ibadah kurban yang kita persembahkan.