Menghadapi hujatan atau kritikan pedas adalah sesuatu yang hampir setiap orang alami dalam hidup. Ustadz Adi Hidayat memberikan panduan tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menyikapi hujatan dengan cara yang benar menurut ajaran Al-Qur’an dan hadis. Memahami cara menyikapi hujatan dengan bijak akan membantu seorang Muslim untuk tetap berada di jalan yang benar, tidak mudah terpengaruh oleh perkataan negatif, dan menjaga keimanan dalam menghadapi ujian dari orang lain.
1. Menghadapi Hujatan dengan Sabar
Kesabaran adalah kunci utama dalam menyikapi setiap hujatan atau hinaan yang datang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 153:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan, ketika seseorang menerima hujatan atau perkataan buruk, mereka harus mencoba meredam emosinya dan menahan diri untuk tidak segera membalas dengan kata-kata kasar. Bersabar dalam menghadapi ujian ini akan membantu seseorang untuk menjaga kehormatan dirinya dan tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif.
2. Menahan Diri dari Membalas dengan Keburukan
Islam mengajarkan bahwa seorang Muslim sebaiknya tidak membalas hujatan dengan keburukan yang sama. Sebaliknya, ia harus berusaha merespons dengan baik atau bahkan diam jika memang tidak bisa memberikan tanggapan yang baik. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Ustadz Adi Hidayat, membalas hujatan dengan perkataan buruk hanya akan memperburuk keadaan. Terkadang, diam adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa kita tidak terpengaruh dengan perkataan buruk tersebut.
3. Mengingat bahwa Hujatan Adalah Ujian dari Allah
Dalam QS. Al-Ankabut ayat 2-3, Allah SWT berfirman:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap orang yang beriman akan diuji. Ujian dapat datang dalam berbagai bentuk, termasuk hujatan atau hinaan dari orang lain. Menganggap hujatan sebagai ujian akan membuat seseorang lebih mudah bersabar dan ikhlas, karena setiap ujian yang dijalani dengan baik akan mendekatkannya kepada Allah.
4. Mengembangkan Sifat Pemaaf
Memiliki sifat pemaaf adalah ciri orang yang beriman. Dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 43, Allah SWT mengajarkan agar orang yang beriman bersikap lapang dada dan memaafkan orang lain. Rasulullah SAW juga menunjukkan sikap pemaaf bahkan terhadap orang-orang yang menyakitinya. Sebagai contoh, ketika Nabi SAW dihina dan disakiti oleh penduduk Thaif, beliau tetap bersikap lembut dan memaafkan mereka.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, memaafkan orang yang menghujat kita bukan berarti kita lemah, tetapi justru menunjukkan kekuatan iman dan akhlak mulia yang kita miliki. Memiliki sifat pemaaf juga membuat hati kita lebih tenang dan terhindar dari kebencian yang merusak.
5. Memperbanyak Doa dan Zikir
Ketika seseorang merasa tertekan atau sedih karena hujatan, salah satu cara untuk menenangkan hati adalah dengan memperbanyak doa dan zikir. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Doa dan zikir adalah cara seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan dari-Nya. Dengan berdoa, hati akan lebih tenang, dan seseorang akan merasa bahwa Allah selalu bersama mereka dalam setiap cobaan yang dihadapi.
6. Mengambil Pelajaran dari Setiap Kritikan
Meskipun hujatan sering kali disampaikan dengan nada kasar atau negatif, terkadang ada pelajaran yang bisa diambil dari kritikan tersebut. Ustadz Adi Hidayat mengajarkan bahwa seorang Muslim sebaiknya memiliki sikap terbuka terhadap masukan dan refleksi diri. Jika kritikan tersebut benar, maka kita dapat menjadikannya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Namun, jika hujatan tersebut tidak benar, kita bisa menanggapinya dengan sabar dan tidak perlu memperdulikannya.
7. Menghindari Lingkungan yang Penuh Hujatan dan Fitnah
Jika memungkinkan, seorang Muslim sebaiknya menghindari lingkungan yang negatif dan penuh hujatan. Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya memilih teman dan lingkungan yang baik. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang akan mengikuti agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi cara pandang dan sikap kita. Oleh karena itu, berusahalah untuk berada di lingkungan yang positif dan mendukung, agar kita tidak mudah terpengaruh dengan perkataan buruk dari orang lain.
8. Menyerahkan Urusan kepada Allah
Terakhir, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa semua hal yang terjadi dalam hidup adalah atas izin Allah. Ketika kita menghadapi hujatan atau cobaan, serahkan semua urusan kepada Allah dan percayalah bahwa Allah akan memberikan keadilan pada waktunya. Dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 7, Allah berfirman:
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antaramu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah Mahakuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Percaya pada keadilan Allah akan memberikan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi berbagai cobaan, termasuk hujatan yang tidak menyenangkan. Allah adalah sebaik-baik penolong dan pelindung bagi hamba-Nya.
Menghadapi hujatan bukanlah hal yang mudah, namun dengan kesabaran, sikap pemaaf, dan mendekatkan diri kepada Allah, seorang Muslim dapat menghadapinya dengan baik. Menjaga kesabaran, mengembangkan sifat pemaaf, memperbanyak doa, serta menghindari lingkungan yang negatif adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk menyikapi hujatan dengan bijak. Ingatlah bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri. Dengan menyikapi hujatan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis, seorang Muslim akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan berakhlak mulia