Apa Tujuan Manusia Hidup di Dunia

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti bertanya-tanya, “Apa sebenarnya tujuan hidup kita di dunia ini?” Pertanyaan ini bukan sekadar renungan, tetapi menyangkut esensi keberadaan manusia itu sendiri. Dalam perspektif Islam, tujuan hidup manusia sangat jelas dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an serta Hadis. Ustadz Adi Hidayat, dalam berbagai ceramahnya, memberikan pemahaman yang mendalam tentang makna hidup, dengan merujuk pada ajaran Islam yang sesuai dengan firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW.

Manusia Diciptakan untuk Beribadah

Allah SWT menciptakan manusia tidak dengan sia-sia. Dalam Al-Qur’an, Allah dengan tegas menyatakan tujuan utama penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini menunjukkan bahwa hakikat tujuan hidup manusia di dunia adalah beribadah kepada Allah. Beribadah dalam Islam bukan sekadar melakukan ritual keagamaan, seperti shalat, puasa, atau haji. Lebih dari itu, ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilakukan dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah. Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat sering menekankan bahwa setiap aktivitas manusia—baik bekerja, belajar, hingga berinteraksi dengan sesama—dapat bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam.

Menjadi Khalifah di Bumi

Selain beribadah, manusia juga diamanahkan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” (QS. Al-Baqarah: 30)

Baca Juga:  Menghadapi Tantangan Modern: Islam Dan Identitas Global

Menurut Ustadz Adi Hidayat, menjadi khalifah berarti manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga dan memakmurkan bumi sesuai dengan ketentuan Allah. Tugas ini mencakup menjaga alam, membangun peradaban yang adil, dan menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi. Manusia tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi makhluk lain, baik manusia maupun lingkungan.

Menyebarkan Kebaikan dan Meninggalkan Kerusakan

Sebagai khalifah, manusia memiliki kewajiban untuk menebarkan kebaikan dan menjauhi segala bentuk kerusakan di muka bumi. Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 77:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa hidup di dunia bukan sekadar mencari kebahagiaan materi, melainkan juga mengejar kebahagiaan akhirat. Dalam prosesnya, manusia harus senantiasa berbuat kebaikan kepada sesama dan menjauhi segala bentuk kerusakan, baik itu berupa kerusakan fisik terhadap alam maupun kerusakan moral di masyarakat.

Mengumpulkan Bekal untuk Kehidupan Akhirat

Tujuan lain manusia hidup di dunia menurut ajaran Islam adalah mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat. Dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara, seperti halnya seorang pengembara yang beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Oleh karena itu, manusia harus bijak memanfaatkan waktu di dunia untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya melalui amal kebaikan. Ustadz Adi Hidayat sering mengingatkan pentingnya menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat, sehingga setiap tindakan harus dilakukan dengan niat yang ikhlas untuk meraih ridha Allah.

Baca Juga:  40 Nasihat Memperbaiki Rumah Tangga: Nasihat 23 Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga

Menyadari Keterbatasan Manusia

Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Hanya dengan bantuan dan petunjuk Allah, manusia dapat mencapai kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 286:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Ustadz Adi Hidayat sering kali menegaskan bahwa manusia harus senantiasa bergantung pada Allah dalam setiap langkah hidupnya. Doa dan tawakkal (berserah diri) menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan sejati bukanlah diukur dari harta atau jabatan, melainkan dari sejauh mana manusia mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup manusia di dunia menurut ajaran Islam, seperti yang dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat, adalah untuk beribadah kepada Allah, menjadi khalifah yang bertanggung jawab, menyebarkan kebaikan, mempersiapkan bekal akhirat, dan menyadari keterbatasan manusia sebagai makhluk yang lemah. Hidup di dunia hanyalah persinggahan sementara, dan manusia dituntut untuk menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran akan tanggung jawabnya kepada Allah dan sesama. Dengan menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis, manusia dapat meraih kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.