Antara menjadi Orang Kaya atau Miskin

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dihadapkan pada pilihan antara kaya dan miskin. Bagi sebagian orang, menjadi kaya adalah impian yang diidamkan, sementara kemiskinan dianggap sebagai hal yang perlu dihindari. Namun, bagaimana pandangan Islam tentang hal ini? Apakah lebih baik menjadi kaya atau miskin? Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan dalam ceramahnya mengenai posisi keduanya dalam Islam, dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis.

1. Harta dan Kekayaan: Ujian dari Allah

Dalam Islam, kekayaan tidak semata-mata dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Bahkan, kekayaan bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menolong sesama. Namun, di sisi lain, kekayaan juga merupakan ujian besar. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Anfal ayat 28:

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal: 28)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa harta kekayaan adalah ujian. Seorang Muslim yang kaya harus menggunakan hartanya untuk kebaikan, membantu orang lain, dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menekankan bahwa kekayaan bukanlah tujuan hidup, melainkan alat untuk mencapai kebaikan dan ridha Allah. Jika seorang Muslim mampu mengelola hartanya dengan baik, kekayaan akan menjadi sumber pahala yang besar.

2. Kemiskinan: Sebuah Kehidupan yang Diuji

Sementara itu, kemiskinan dalam Islam juga memiliki makna yang mendalam. Kemiskinan bukan berarti seseorang lebih rendah atau tidak diberi berkah oleh Allah. Bahkan, dalam beberapa hadis, Rasulullah SAW memuji orang-orang miskin yang sabar dalam menghadapi ujian hidup. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Baca Juga:  Tanda-Tanda Kenikmatan Iman

“Aku melihat surga, dan mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan bahwa kemiskinan adalah ujian kesabaran. Mereka yang miskin namun tetap bersabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah. Namun, penting untuk diingat bahwa Islam tidak mengajarkan untuk mencintai kemiskinan, melainkan mengajarkan bagaimana menghadapi kemiskinan dengan cara yang benar, yaitu dengan tawakal, ikhlas, dan terus berusaha.

3. Kekayaan atau Kemiskinan: Mana yang Lebih Baik?

Dalam Islam, menjadi kaya atau miskin bukanlah masalah yang utama. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupan tersebut dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan bahwa kekayaan maupun kemiskinan, keduanya adalah ujian yang diberikan oleh Allah. Allah berfirman dalam Surah Al-Mulk ayat 2:

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya…” (QS. Al-Mulk: 2)

Ayat ini menegaskan bahwa segala keadaan hidup, termasuk kekayaan dan kemiskinan, adalah ujian dari Allah. Mereka yang diberi kekayaan akan diuji dengan bagaimana mereka menggunakan hartanya, sementara mereka yang miskin diuji dengan kesabaran dan ikhtiar. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersyukur dalam keadaan apa pun dan menjalani setiap ujian dengan penuh keimanan.

4. Kedermawanan: Kunci Kekayaan dalam Islam

Salah satu kunci utama bagi seorang Muslim yang kaya adalah kedermawanan. Islam sangat menekankan pentingnya bersedekah, membantu orang yang membutuhkan, dan menginfakkan harta di jalan Allah. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Al-Baqarah: 261)

Baca Juga:  40 Nasihat Memperbaiki Rumah Tangga: Nasihat 26 Waspada terhadap Masuknya Kerabat yang Bukan Mahram

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri mengingatkan bahwa orang kaya yang bersyukur dan dermawan akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah. Sedekah bukan hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan harta dan menjadikannya lebih berkah. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan dalam kedermawanan. Meskipun Beliau diberi banyak harta, namun selalu mendahulukan orang lain dalam menginfakkan hartanya.

5. Tawakal dan Ikhtiar: Prinsip Utama dalam Islam

Baik orang kaya maupun miskin, Islam mengajarkan pentingnya tawakal dan ikhtiar dalam menjalani kehidupan. Tawakal berarti berserah diri kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. Allah berfirman dalam Surah Al-Imran ayat 159:

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran: 159)

Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menekankan bahwa tawakal harus disertai dengan usaha yang maksimal. Seorang Muslim yang kaya harus berusaha mencari rezeki yang halal dan memberkahi hidupnya dengan sedekah dan infak. Begitu pula dengan orang yang miskin, mereka harus terus berusaha dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Keduanya harus yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik sesuai dengan usaha dan doa yang mereka panjatkan.

6. Hikmah di Balik Kekayaan dan Kemiskinan

Islam mengajarkan bahwa ada hikmah di balik setiap keadaan hidup, termasuk kekayaan dan kemiskinan. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menjelaskan bahwa baik orang kaya maupun miskin, keduanya bisa mendapatkan pahala yang besar jika mereka menjalani kehidupan dengan penuh iman dan takwa. Dalam Surah Ash-Shura ayat 27, Allah SWT berfirman:

“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di muka bumi, tetapi Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Ash-Shura: 27)

Baca Juga:  24 Jam Lakukan Ini! Kunci Rezeki

Ayat ini mengajarkan bahwa Allah memberikan rezeki dengan penuh hikmah. Ada yang dilapangkan rezekinya dan ada yang diberikan secukupnya, semua sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengelola harta dan menghadapi ujian tersebut.

Antara menjadi kaya atau miskin, yang terpenting dalam Islam adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupan tersebut dengan penuh iman dan takwa. Baik kekayaan maupun kemiskinan, keduanya adalah ujian yang harus dihadapi dengan sabar, syukur, dan tawakal kepada Allah. Ustadz Muhammad Nurul Dzikri menekankan bahwa setiap Muslim harus selalu berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam, apapun keadaan ekonominya. Dengan demikian, baik orang kaya maupun miskin dapat meraih keberkahan dunia dan akhirat