Dalam Islam, kekayaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, Allah SWT memberikan banyak anjuran tentang cara mengelola harta dengan baik dan penuh tanggung jawab. Ustadz Adi Hidayat dalam kajiannya mengungkapkan pandangan seorang Muslim mengenai kekayaan yang selaras dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis. Berikut ini adalah panduan tentang cara pandang Muslim yang kaya agar harta menjadi berkah dan bermanfaat, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
1. Kekayaan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis
Dalam Al-Qur’an, kekayaan digambarkan sebagai bentuk rezeki dan ujian dari Allah SWT. Allah menegaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 261 tentang pentingnya menggunakan harta untuk kebaikan:
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Ayat ini memberikan motivasi kepada seorang Muslim untuk melihat kekayaan sebagai alat untuk kebaikan, terutama dengan berbagi di jalan Allah. Harta yang dikeluarkan untuk kebaikan akan kembali dengan pahala yang berlipat ganda. Bukan hanya untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga sebagai tabungan akhirat.
2. Harta sebagai Amanah
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa seorang Muslim harus memandang harta sebagai amanah, bukan tujuan utama dalam hidup. Amanah ini datang dengan tanggung jawab besar, yaitu menggunakan harta sesuai dengan ketentuan Allah dan bukan untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran-Nya. Allah SWT menyebut dalam Surah Al-Hadid ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.”
Ayat ini mengajarkan bahwa pada dasarnya, semua harta adalah milik Allah, dan kita hanya diberi kesempatan untuk menguasainya sementara di dunia. Dengan memahami konsep amanah ini, seorang Muslim yang kaya akan lebih bijaksana dalam mengelola harta, menyadari bahwa harta tersebut memiliki hak-hak orang lain yang perlu dipenuhi, termasuk zakat, infak, dan sedekah.
3. Muslim Kaya yang Bersyukur
Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan, termasuk kekayaan. Bersyukur bukan hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang bersyukur atas nikmatnya, beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan tambahkan nikmat baginya.”
Bersyukur atas harta dilakukan dengan cara menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat, menghindari pemborosan, dan tidak memanfaatkan harta untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.
4. Membagikan Kekayaan untuk Kebaikan
Islam sangat menekankan pentingnya berbagi, terutama bagi mereka yang telah diberi kelebihan dalam harta. Rasulullah SAW mencontohkan perilaku mulia ini dengan selalu berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Dalam kajiannya, Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan tentang pentingnya sedekah dan infak sebagai bentuk tanggung jawab sosial seorang Muslim yang kaya.
Berbagi harta tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga membersihkan harta dari sifat tamak dan keserakahan. Surah At-Taubah ayat 103 mengungkapkan pentingnya sedekah untuk membersihkan jiwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”
Melalui infak dan sedekah, seorang Muslim bisa menjadi bagian dari solusi bagi masyarakat, membantu mereka yang kurang mampu, serta menjadikan kekayaannya bermanfaat bagi orang lain.
5. Hindari Sifat Sombong dan Serakah
Kekayaan sering kali membawa ujian berupa kesombongan dan keserakahan. Islam melarang umatnya untuk merasa sombong karena harta, sebab semua yang kita miliki adalah pemberian Allah SWT. Dalam Surah Al-Luqman ayat 18, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Ayat ini mengajarkan agar kita tetap rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain hanya karena memiliki kekayaan. Sifat sombong bisa merusak hati dan menjauhkan kita dari Allah serta dari sesama manusia.
6. Memanfaatkan Harta untuk Tujuan yang Baik
Seorang Muslim yang kaya dianjurkan untuk menggunakan hartanya untuk kebaikan, seperti membangun fasilitas umum, memberikan beasiswa pendidikan, atau membantu orang-orang yang membutuhkan. Ini sejalan dengan ajaran Rasulullah yang mendorong umatnya untuk selalu memberikan manfaat kepada sesama.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Dengan membantu orang lain, seorang Muslim yang kaya tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga bisa mempererat ukhuwah Islamiyah serta memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
7. Memiliki Tujuan Akhirat dalam Mengelola Harta
Sebagaimana yang ditekankan oleh Ustadz Adi Hidayat, setiap Muslim yang memiliki kekayaan harus memanfaatkan hartanya dengan tujuan akhirat. Ini berarti harta tersebut digunakan bukan hanya untuk kenyamanan dunia, tetapi juga sebagai jalan meraih kebahagiaan di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa walaupun kekayaan bisa digunakan untuk menikmati kehidupan dunia, tujuan akhir yang harus selalu diingat adalah akhirat. Dengan begitu, setiap pengeluaran yang dilakukan selalu dipertimbangkan manfaatnya di dunia dan akhirat.
Dalam Islam, kekayaan adalah anugerah yang juga menjadi amanah dari Allah SWT. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa seorang Muslim yang kaya harus mengelola hartanya dengan bijaksana, senantiasa bersyukur, dan berbagi untuk kebaikan. Kekayaan seharusnya menjadi sarana untuk mendapatkan ridha Allah, bukan sebagai tujuan utama kehidupan.
Dengan pandangan yang benar terhadap harta, seorang Muslim yang kaya akan menjadi lebih mulia di sisi Allah, menjadikan hartanya bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta membekali diri untuk kehidupan akhirat yang lebih baik.