Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang tetap menjalankan shalat lima waktu, namun di sisi lain mereka masih terjebak dalam perbuatan maksiat. Fenomena ini mungkin menimbulkan pertanyaan besar: apakah shalat yang dilakukan sudah benar, ataukah ada yang salah dalam praktik ibadah tersebut? Ustadz Adi Hidayat, dalam ceramahnya “Shalat Terus, Maksiat Jalan?!”, memberikan pencerahan penting mengenai hal ini, dengan penekanan pada bagaimana Al-Qur’an dan Hadis memberi petunjuk tentang cara memperbaiki dan menyempurnakan ibadah.

Makna Shalat dalam Islam

Shalat adalah tiang agama (hadits riwayat al-Baihaqi), dan bagi umat Islam, ia menjadi tanda penghubung langsung antara seorang hamba dengan Allah. Dalam Surah Al-‘Ankabut ayat 45, Allah berfirman, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” Ini menunjukkan bahwa shalat yang benar seharusnya memiliki dampak nyata dalam mencegah pelakunya dari melakukan maksiat. Namun, mengapa masih ada orang yang tetap melakukan perbuatan buruk meski rajin shalat?

Penyebab Shalat Tidak Mencegah Maksiat

  1. Kekurangan Khusyuk dalam Shalat Salah satu alasan utama shalat tidak berpengaruh pada perilaku seseorang adalah kurangnya khusyuk. Khusyuk adalah keadaan ketika hati, pikiran, dan seluruh jiwa seseorang terfokus pada Allah selama shalat. Dalam Surah Al-Mu’minun ayat 1-2, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman adalah mereka yang khusyuk dalam shalatnya. Ketika seseorang shalat dengan penuh kesadaran dan khusyuk, maka shalat tersebut akan berdampak kuat dalam menjaga perilaku sehari-hari.
  2. Shalat Hanya Menjadi Rutinitas Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa sebagian orang hanya menjadikan shalat sebagai rutinitas harian, tanpa memahami hakikatnya. Shalat bukan sekadar gerakan fisik atau bacaan yang diulang-ulang, tetapi sebuah bentuk penghambaan yang tulus. Jika seseorang melakukannya tanpa kesadaran penuh, maka shalat tidak akan berdampak signifikan terhadap perilaku.
  3. Ketidakseimbangan Antara Ibadah Lahir dan Batin Islam mengajarkan keseimbangan antara aspek lahir dan batin dalam ibadah. Jika seseorang hanya fokus pada gerakan lahiriah (fisik) tanpa menghadirkan hati dan perasaan dalam ibadah, maka shalat tersebut tidak akan mempengaruhi kehidupan batin dan perilakunya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya dalam diri seseorang ada segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga:  Anjuran Melakukan Shalat Sunnah Witir Sebelum Tidur: Hikmah dan Keutamaannya

Cara Menyempurnakan Shalat untuk Menghindari Maksiat

  1. Memperbaiki Niat Niat adalah dasar setiap ibadah. Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya meluruskan niat sebelum shalat. Niat bukan hanya sekadar “berniat shalat,” tetapi juga menyadari bahwa ibadah ini adalah bentuk penghambaan kepada Allah semata. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari).
  2. Menghadirkan Khusyuk Khusyuk dapat dicapai dengan memahami makna bacaan dalam shalat dan merenungkan setiap gerakan yang dilakukan. Selain itu, Ustadz Adi Hidayat menyarankan untuk membersihkan hati dari gangguan pikiran duniawi sebelum memulai shalat. Salah satu caranya adalah dengan berdoa kepada Allah agar diberikan khusyuk dalam ibadah, seperti yang diajarkan oleh Nabi ﷺ dalam doa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, dan dari doa yang tidak dikabulkan” (HR. Muslim).
  3. Memahami Makna Shalat Memahami setiap bacaan dalam shalat akan membantu seseorang untuk lebih fokus dan meresapi hakikat ibadah ini. Dalam Al-Qur’an, shalat disebut sebagai pengingat kepada Allah (Surah Ta-Ha: 14). Jika kita memahami bahwa shalat adalah momen istimewa di mana kita berdiri langsung di hadapan Allah, maka otomatis kita akan menjaga sikap, ucapan, dan perbuatan kita setelah shalat.
  4. Membiasakan Diri dengan Ibadah Sunnah Selain shalat wajib, ibadah sunnah seperti shalat Dhuha, Tahajjud, dan Witir sangat dianjurkan. Ibadah-ibadah ini akan memperkuat kualitas spiritual seseorang dan membantu menjaga dari perbuatan maksiat. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya” (HR. Bukhari).

Pentingnya Muhasabah Diri

Muhasabah, atau introspeksi diri, adalah langkah penting yang disarankan oleh Ustadz Adi Hidayat. Setelah melakukan shalat, kita harus merenungkan apakah ibadah tersebut sudah dilakukan dengan benar dan khusyuk. Jika masih ada kekurangan, segeralah memperbaikinya. Allah berfirman dalam Surah Al-Hashr ayat 18, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”

Shalat bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan jalan untuk menghindarkan diri dari maksiat. Dengan shalat yang benar, khusyuk, dan penuh kesadaran, seorang hamba dapat menjaga dirinya dari perilaku buruk dan dosa. Seperti yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, shalat yang dilakukan dengan benar dan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadis akan menjadi benteng kuat bagi seorang muslim dari godaan maksiat. Mari kita perbaiki kualitas shalat kita agar menjadi pengingat kuat yang mencegah kita dari perbuatan dosa.

Meta Deskripsi: